Friday, December 26, 2014

Budidaya Rumput Laut

          Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat menjanjikan, hal tersebut dikarenakan rumput laut tidak membutuhkan pakan ikan. Berbeda dengan komoditas perikanan lain seperti ikan air bersirip maupun udang, yang mana biaya pakan merupakan 70% dari total biaya usaha perikanan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi rumput laut yang tertinggi didunia. Terutama untuk jenis Eucheuma cotonii dan Spinosum sp.
          Perawatan rumput laut pun sangat mudah yaitu hanya dengan membersihkan thalus atau batang rumput laut dari debu-debu yang terbawa oleh air laut. Masa pemeliharaannya pun cukup singkat yaitu 45 hingga 60 hari, tergantung dari berat awal tebarnya. Hal ini menyebabkan rumput laut menjadi komoditas yang membuat Indonesia memiliki peringkat 5 besar dalam budidaya rumput laut terbesar di dunia.
          Berikut informasi mengenai metode budidaya rumput laut, rumput laut yang umum dibudidayakan di Indonesia, hingga teknik budidaya rumput laut.


Metode Budidaya Rumput Laut
       Budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode lepas dasar dan metode long line. Kedua metode tersebut dilakukan sesuai dengan keinginan pembudidaya masing-masing, tetapi kedua metode tersebut memiliki keuntungan dan kerugian.

1.     Metode Lepas dasar
Metode lepas dasar adalah metode yang digunakan untuk budidaya rumput laut dengan jarak yang dekat dengan pantai. Menggunakan patok-patok disetiap sudut dengan membentuk persegi atau persegi panjang, dengan mengikatkan tali utama yang didalamnya telah dipasang rumput laut setiap 25 cm. Keuntungannya adalah modal tidak terlalu besar, dapat dijangkau dengan mudah karena lokasi budidaya tidak terlalu dalam, dimana ketinggian air yaitu 50-100 cm dari dasar. Kerugiannya adalah butuh penjagaan yang cukup ketat, karena dikhawatirkan terjadi kehilangan. Berikut gambar metode lepas dasar :

1.     Metode Long Line
Metode long line adalah metode budidaya rumput laut dengan jarak yang cukup jauh dari pantai. Menggunakan jangkar guna pemberat agar tali yang digunakan tidak terbawa oleh arus air laut. Jangkar atau pemberat diikat disetiap sudut, dengan membentuk persegi panjang, hanya bentuk persegi panjang (karena itu disebut long line yang artinya garis yang panjang). Metode ini memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungannya adalah tidak mudah dicuri orang karena berada di jarak yang cukup jauh dengan pantai. Kerugiannya adalah untuk menggunakan metode ini dibutuhkan modal yang cukup besar, karena pembudidaya harus memiliki sebuah kapal kecil untuk menanam dan memanen rumput laut, dan juga wilayah yang digunakan kemungkinan digunakan oleh nelayan untuk menjaring ikan dan kemungkinan akan dilewati oleh kapal lainnya yang menyebabkan putusnya tali utama budidaya, sehingga harus dibuat sebuah tanda. Berikut gambar metode long line :


Jenis rumput laut yang umum dibudidayakan di Indonesia terdapat 3 (tiga) jenis, yaitu :
  • Eucheuma cotonii
Jenis rumput laut ini yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, dibanding dengan jenis lainnya. Jenis rumput laut ini biasa dibudidayakan dengan menggunakan metode Long Line juga terkadang dibudidayakan dengan metode lepas dasar. Bentuk rumput laut ini berupa rangkaian batang panjang dan cukup besar serta kuat, biasanya berwarna cokelat, atau kuning kehijauan. Berikut gambarnya :




  • Eucheuma spinosum
Jenis rumput laut ini juga banyak dibudidayakan di Indonesia, kebanyakan dibudidayakan dengan metode lepas dasar, hal tersebut dikarenakan batang yang cukup rapuh dari rumput laut ini. Bentuk rumput laut ini tidak beda jauh dengan rumput laut cotonii, hanya saja batang spinosum lebih rimbun dan lebih kecil serta batangnya juga dipenuhi duri-duri kecil. Berikut gambarnya :



  • Gracilaria verrucosa
Jenis rumput laut ini adalah salah satu jenis yang cukup kecil bentuknya. Gracilaria berbeda dengan cotonii dan spinosum, karena gracilaria dapat dibudidayakan ditambak. Metode budidaya yang biasa selalu digunakan yaitu polikultur. Budidaya yang didalamnya terdapat lebih dari satu komoditas. Gracilaria biasa dibudiayakan bersama dengan bandeng dan udang windu. Berikut gambarnya :



  • Sargassum
Untuk rumput laut jenis sargassum ini masih belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Rumput laut ini cukup mengandung banyak zat alginat, dibeberapa daerah di Indonesia sargassum ini digunakan sebagai bahan pangan. Berikut gambarnya :


Hama dan Penyakit pada Rumput Laut

  • Hama
Hama yang menyerang rumput laut biasanya adalah penyu serta hewan lain yang bersifat herbivore.

  • Penyakit
Penyakit yang menyerang rumput laut adalah Ice-ice. Penyakit tersebut biasanya disebabkan oleh suhu air, serta tingkat kadar garam laut (salinitas). Salinitas yang berubah karena adanya hujan atau lokasi budidaya yang dekat dengan muara laut, sehingga rumput laut dapat terkena penyakit ini. Gejala yang dialami rumput laut bila terkena penyakit ini adalah terdapat warna putih pada batang rumput laut yang menyebabkan bagian tersebut rapuh dan patah.



SILAHKAN MENCOBA


Monday, April 15, 2013

Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Kampung Lele

     Kampung Lele merupakan suatu desa yang mayoritas penduduknya bekerja di bidang budidaya ikan lele dan pengolahan ikan lele. Dalam blog saya ini, saya akan memaparkan tentang kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan di Kampung Lele, yang saya lakukan pada akhir Februari hingga pertengahan bulan Juni. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
  • Persiapan Kolam
     Kolam yang digunakan di Kampung Lele, pada umumnya berukuran 4 x 15 m. dengan kedalaman mencapai 1,5 m. Pada bagian ujung kolam dibuat catching area atau tempat untuk memanen ikan pada saat panen. Struktur kolam dapat dilihat di gambar. 

Sebelum digunakan kolam terlebih dahulu dikeringkan selama 3 sampai 5 hari dengan tujuan untuk membunuh organisme yang dapat merugikan bagi kegiatan budidaya. Sebelum kolam dikeringkan, kolam yang telah dipanen akan dibersihkan dari lumpur yang terdapat di dalam kolam tersebut. Setelah dikeringkan kolam diisi dengan air hingga ketinggian mencapai 1,5 m.


  • Penebaran Benih
     Benih ikan lele dumbo didapat dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang terdapat di Tulungagung. Benih yang digunakan untuk budidaya berukuran 7-8 cm per ekor. Kegiatan penebaran benih dilakukan dipagi hari yaitu pada pukul 05.00 hingga 06.00 dan disore hari pada pukul 16.00 hingga 17.00. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh stress pada waktu pengangkutan dan suhu apabila dilakukan pada siang hari. Benih yang ditebar pada kolam umumnya berjumlah 15.000 ekor hingga 20.000 ekor. Teknik penghitungan benih yaitu dengan menimbang berat benih yang berjumlah 1000 ekor, setelah itu berat tersebut disamakan dengan jerigen yang telah diisi dengan air juga dengan berat yang sama hal tersebut dilakukan untuk menjadikan jerigen tersebut sebagai patokan untuk jumlah benihnya, berikut gambar :


  • Kegiatan Pemeliharaan
     Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan cara pemberian pakan dan pengecekan secara visual terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan komersil dengan 3 jenis ukuran pakan yang pertama memiliki ukuran 2mm, yang diberikan selama 1 minggu pertama. Ukuran ke dua ialah 3mm yang diberikan setelah ukuran 2mm habis hingga 2 bulan masa pemeliharaan dan yang terakhir adalah finishing yang menggunakan pakan tenggelam. 
     Cara pemberian pakan adalah ditebar secara merata dengan menggunakan piring. Pakan diberikan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 16.00 waktu setempat. Kegiatan pemberian pakan dapat dilihat pada gambar. 


     Kegiatan pengecekan kesehatan dan pertumbuhan dilakukan secara visual. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari pada saat pemberian pakan. Parameter yang digunakan adalah sifat ikan yang aktif, tubuh ikan yang sempurna tanpa adanya cacat, dan pengecekan terhadap hama dan penyakit ikan. Apabila ikan secara tiba-tiba berkurang nafsu makannya dan terdapat luka di kulit ikan. Maka dilakukan tindak pengobatan dengan menggunakan garam yang dicampur dengan pakan ikan. 


  • Pemanenan 
     Kegiatan pemanenan dilakukan setelah 3 atau 4 bulan masa pemeliharaan. Panen pun dilakukan saat ikan lele berukuran 7-12 ekor/kg. Ikan dipasarkan dalam keadaan hidup, oleh karena itu penanganan pada saat kegiatan panen harus lebih berhati-hati. Sebelum pemanenan ikan dipuasakan selama 24 jam, dengan tujuan agar pada saat pemanenan dan pengangkutan, ikan tidak memuntahkan pakan atau membuang kotoran, guna menjaga kualitas air dalam bak pengangkutan. Kegiatan pemanenan dapat dilihat di gambar :


    Sebelum melakukan pemanenan, kolam sebelumnya dikeringkan setinggi 10-15 cm, dengan menggunakan pompa diesel. Kemudian ikan lele diambil dengan menggunakan serok lalu dimasukan ke dalam keranjang, untuk kemudian diletakan pada bak sortir. Berikut gambarnya :


     Setelah itu ikan disortir untuk memisahkan ikan yang lebih besar dan ikan yang lebih kecil. kemudian ikan diletakan dalam bak yang terdapat di mobil bak untuk diangkut. Berikut gamarnya :


  • Pemasaran
     Lele yang telah diletakan dalam mobil bak kemudian dipasarkan dengan metode pengangkutan terbuka, yaitu pengangkutan yang dilakukan dengan cara membawa ikan dalam suatu bak dengan bak yang terbuka dan diisi dengan air. Berbeda dengan pengangkutan dengan sistem tertutup, yaitu dengan memasukan ikan kedalam plastik tertutup dengan memberikan sejumlah oksigen kedalam plastik tersebut, dengan perbandingan air-oksigennya 1-3. Ikan yang telah dipanen dipasarkan ke daerah Yogyakarta, dengan kapasitas 10 ton per harinya. Harga ikan lele per kg nya mencapai Rp 11.800 hingga Rp 12.500, tergantung dari pengambilan ikan lele tersebut, bila konsumen yang mengambil maka harganya akan berkisar antara Rp 11.500 - Rp 11.800 apabila pembudidaya yang mengantar maka harga akan lebih tinggi yaitu mencapai Rp 12.300 - Rp 12.500. Keuntungan yang didapat oleh kampung lele perharinya mencapai Rp, 120.000.000,-

     

Sunday, November 25, 2012

Kampung Lele




  • Sejarah Terbentuknya

Pada masa awal sebelum kelompok pembudidaya ikan berdiri, salah seorang petani mencoba memelihara lele ± 3.000 ekor dan hasilnya cukup menguntungkan. Petani tersebut dengan modal sendiri berupa 2 (buah) kolam yang berada di areal pekarangan rumah. Dengan melihat keberhasilan dan keuntungan dari usaha perikanan ini kemudian diikuti oleh beberapa orang yang mengubah areal persawahan menjadi kolam.
Kondisi seperti ini berjalan beberapa waktu yang kemudian di daerah Janti, Polanharjo, Klaten yang daerahnya bersebelahan dengan Tegalrejo Sawit berdiri obyek pemancingan ikan dan mengadakan kerjasama untuk pasokan ikannya. Dengan berkembangnya obyek pemancingan tersebut maka berkembang pula kawasan budidaya di Tegalrejo.
Setelah ada ± 15 petani pada Tahun 1998 kemudian dibentuk kelompok pembudidaya ikan yang diberi nama Kelompok Tani Ikan Bangkit (Bangun Kelompok Tani Tegalrejo). Setelah masyarakat sekitar mengerti dan menyadari bahwa usaha budidaya lele memberikan keuntungan, maka semakin banyak petani sekitar yang ikut usaha budidaya lele, Kemudian masyarakat desa Tegalrejo mulai mengubah pekerjaannya, yang dulunya dari  petani yang menggarap lahan sawah kemudian beralih ke petani pembudidaya ikan lele. Jadi lahan yang dulunya persawahan sekarang diubah menjadi perkolaman sebagai tempat budidaya ikan, sehingga yang dulunya hanya seorang petani yang membudidayakan lele, sampai sekarang menjadi 94 orang dengan total lahan untuk budidaya seluas ±17 Ha. Dalam perkembangannya kelompok yang dulu bernama kelompok Pembudidaya Ikan “Bangkit” Pada Tanggal 07 Desember 2002 berubah nama menjadi Kelompok Pembudidaya Ikan “Karya Mina Utama”.
          Pada Tanggal yang sama, untuk membantu usaha kelompok pembudidaya ikan tersebut para ibu/istri anggota kelompok berinisiatif membentuk Sub Kelompok “Wanita Mina Utama”. Tidak ketinggalan, para pemuda yang tertarik dalam bidang perikanan bergabung membentuk kelompok “Taruna Mina Utama”.

  • Kampung Lele dan Kelompok "Karya Mina Utama"     

         Saat ini lahan budidaya ikan lele yang terdapat di kampung lele mencapai 17 hektar, dengan terdapat 1661 kolam. Hasil panen mencapai 10 ton perharinya dengan harga jual Rp 11.800 hingga Rp 12.000 per kgnya. Keuntungan yang diraih mampu mencapai 9 miliar per tahunnya. Dengan visinya yaitu “terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota dan keluarga”. Visi tersebut bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar guna mendapatkan keuntngan dan kesejahteraan dari kegiatan budidaya ikan lele. 
          Kelompok Karya Mina Utama sebagai kelompok Kelas Utama telah meraih berbagai prestasi dan penghargaan dalam lomba kelompok pembudidaya ikan, baik di Tingkat Kabupaten Boyolali maupun Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Di tingkat Kabupaten Boyolali Kelompok Karya Mina Utama meraih juara I dalam lomba Kelompok Pembudidaya Ikan. Pada tahun 2006 Kelompok Karya Mina Utama juga meraih Juara I dalam lomba Kelompok Pembudidaya Ikan tingkat Provinsi Jawa Tengah. Adapun klasifikasi/kelas kemampuan kelompok pembudidaya ikan Karya Mina Utama yang telah diraih adalah sebagai berikut:
a.       Kelas Pemula pada tanggal 24 Juni 1998 Jumlah Anggota : 15 Orang
b.      Kelas Lanjut pada tanggal 27 Juni 2001 Jumlah Anggota  : 40 Orang
c.       Kelas Madya pada tanggal 02 Juni 2004 Jumlah Anggota  : 94 Orang
d.      Kelas Utama pada tanggal 14 Juli 2006 Jumlah Anggota   : 94 Orang
e.       Kelas Utama pada tanggal 14 Juli 2010 Jumlah Anggota   : 94 Orang

Untuk mengetahui perkembangan kelompok pembudidaya ikan Karya Mina Utama yang dibina oleh penyuluh, maka secara periodik dilakukan penilaian kemajuan berdasarkan tingkat kemampuan kelompok dalam periode tertentu.
  • Permodalan
Pada awal usaha budidaya ini dimulai oleh seorang anggota dengan modal sendiri berupa 2 kolam yang berada di areal pekarangan rumah.
Setelah terbentuk Kelompok Tani Ikan BANGKIT (Bangun Kelompok Tani Tegalrejo) mendapatkan dana penguatan modal dan kelembagaan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui kegiatan Pengembangan Usaha Perikanan Tahun Anggaran 2002 sebesar Rp. 12.000.000,- dan telah dikembalikan lunas.
         Pada tahun 2003 kelompok Karya Mina Utama yang merupakan perubahan nama dari Kelompok BANGKIT, melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budidaya ( PPMP-BUD ) Air Tawar di Pedesaan mendapat alokasi dana sebesar Rp. 240.000.000,-. Dengan adanya Penguatan modal dan Kelembagaan yang bersifat revolving dapat digulirkan kepada anggota kelompok  yang belum menerima.

Pembenihan Ikan Koi



I.        Pendahuluan
            Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang saat ini sedang popular. Ikan hias memiliki nilai-nilai keindahan yang dapat menarik minat para hobiis untuk memilikinya. Berbagai jenis ikan hias saat ini sudah dibudidayakan. Jenis ikan yang dapat dikatakan ikan hias adalah jenis ikan yang memiliki keindahan bentuk tubuh (morfologi), dominasi warna atau tingkah laku ikan ketika didalam air. Permintaan ikan hias oleh para hobiis terus meningkat setiap tahunnya.
          Koi adalah ikan hias eksotis yang didemari oleh banyak kalangan. Selain sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menuntungkan. Bisnis ikan Koi di Indonesia pada awalnya lebih banyak diramaikan oleh pelaku bisnis yang mengimpor koi dari Jepang untuk dipasarkan di dalam negri. Bisnis ikan koi dengan cara ini akan banyak menimbulkan resiko, seperti tingginya resiko kematian ikan krena stress dan harga jual ikan yang tinggi. Hal ini akan berbeda jika pelaku bisnis dan pecinta koi berusaha melakukan upaya budidaya secara langsung didalam negeri. Meskipun indukan masih didatangkan dari Jepang, akan tetapi usaha budidaya di dalam negeri akan lebih efisien dan bersifat jangka panjang.
          Pada hakikatnya kondisi alam Indonesia sangat menunjang untuk budidaya koi. Sayangnya, usaha produksi koi masih terbatas. Para pengusaha koi di dalam negeri belum memanfaatkan peluang pasar koi secara optimal. Alasannya, membudidayakan koi membutuhkan lahan dan dana yang tidak sedikit. Padahal di sisi lain, budidaya koi di Indonesia berpeluang menyaingi Jepang. Sebab, budidaya koi di Jepang juga terhambat akibat beberapa persoalan, antara lain: terbatasnya lahan, mahalnya upah tenaga kerja, dan pengaruh empat musim yang menjadi kendala terbesar dalam budidaya koi di Jepang.
          Para pembudidaya ikan koi di Indonesia mempunyai peluang yang menyaingi koi yang dihasilkan Jepang, jika mampu menghasilkan koi berkualitas tinggi, sangat diminati olah konsumen. Baik lokal maupun luar. Sedangkan untuk mampu menyaingi pesaing dari luar maka perlu dilakukan peningkatan produksi benih ikan koi ang berkualitas. Untuk itu perlu diprhatikan persyaratan teknis seperti : Wadah pemeliharaan, Pemilihan induk yang berkualitas, Pengontrolan kualitas air, teknik pemijahan yang digunakan, kualitas pakan, dan pengendalian hama penyakit. Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang baik dalakm pembenihan ikan koi.

II.        Teknik Pemijahan Ikan Koi
          Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pemijahan ikan Koi. Seperti ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat.

2.1.        Persiapan Kolam Pemijahan
          Kolam pemijahan harus memiliki pintu keluar masuk air. Pintu tersebut juga harus dipasang saringan, guna menyaring hama dan penyakit yang akan menyerang benih, apabila proses pemijahan telah dilakukan. Sebelumnya kolam harus dibersihkan dan dikeringkan, agar semua racun dalam kolam tersebut teroksidasi dengan sempurna.
          Luas kolam pun bervariasi, untuk kolam yang sempit dapat menggunakan kolam dengan ukuran 2 x 2 meter dengan kedalaman 0,5 meter. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, dan tidak terlalu dekat dengan kebisingan, serta jauh dari jangkauan anak-anak dan binatang.
          Bila perlu sediakan pula kolam penetasan dan kolam pemeliharaan benih, kolam penatasan dan pemeliharaan benih dapat pula dilakukan di kolam pemijahan. Kolam tersebut dapat pula berbentuk persegi panjang atau lingkaran, apabila lingkaran maka diameter kolam minimal 1,5-2 meter.
          Jika mungkin, sediakan pula kolam untuk kultur pakan alami, guna mensuplai makanan setelah kuning telur habis. Kolam tersebut berukuran minimal 5 x 3 meter dengan kedalaman 30 cm.
          Apabila anda memiliki cukup modal, sebaiknya bak dilapisi dengan vinil, yaitu bahan yang biasa digunakan sebagai intuk membuat bak fiberglass. Agar lebih terjamin kebersihannya, dan dapat menghilangkan efek dari semen.
          Karena telur ikan Koi bersifat Adesif yaitu menempel pada substrat, maka perlu dibuat substrat yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu, yang bernama kakaban. Dengan panjang kira-kira 120 cm dan lebar 40 cm. Jumlah kakaban yang disiapkan berdasarkan besarnya induk betina. Biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina. 
Gbr. Pembersihan kolam dan kakaban 



         Agar kakaban dapat mengapung, kakaban dijepit dengan bilah bambu dan diikat dengan pemberat berupa batu bata, dengan ketinggian 5-10 cm di atas permukaan air. Selain kakaban, tempat penempel telur bisa juga menggunakan tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia sebagai pengganti ijuk.

2.2.       Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan hal yang paling penting dalam proses pemijahan. Karena dalam tahap ini adalah penentu jika ingin mendapatkan benih dengan kualitas yang baik. Syarat utama induk adalah, calon induk yang telah matang kelamin dan matang tubuh atau bisa disebut juga matang gonad. Matang kelamin adalah yaitu apabila induk jantan telah menghasilkan sel sperma dan induk betina sudah dapat menghasilkan telur. Sedangkan, matang tubuh ialah induk jantan maupun betina yang secara fisik telah siap menjadi induk-induk yang produktif.
Syarat lainnya ialah, tubuh sempurna, fisik prima, tidak cacat. Sirip-sirpnya lengkap juga sisiknya. Gerakannya anggun seimbang juga tidak loyo/lemas. Umur jantan minimal 2 tahun, sedangkan betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar jika dibandingkan dengan jantan. Perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.
Disarankan perbandingan betina dan jantannya 1 : 2 atau 1 : 3. Guna menghindari kegagalan dalam hal pemijahan. Apabila jantan tidak mengelurkan sperma, jadi untuk menghindari kegagalan tersebut, disarankan jantannya lebih dari satu.

2.3.       Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukan kedalam kolam pemijahan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah pada waktu dini hari. Induk betina akan berenang mengeliligi kolam dengan diikuti oleh induk jantan. Makin lama gerakan mereka makin agresif. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur uyang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika terlambatm telur bisa habis dimakan induknya.
Terdapat 2 cara untuk memisahkan induk dari telurnya. Yaitu dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan, kembali ke kolam induk, dan ke-2 adalah memindahkan telur ke kolam pemijahan. Disarankan menggunakan cara yang pertama, guna menghemat penggunaan kolam.
Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachyt green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur bisa terlepas.

2.4.       Penetasan Telur
Agar telur menetas dengan baik. Sebaiknya telur tetap terendam air dan suhu air tetap konstan. Apabila suhu terlalu dingin maka akan memakan waktu yang lama untuk telur menetas. Sedangkan, apabila suhu terlau panas maka telur akan mati dan membusuk.
Dalam waktu 2 – 3 hari, telur sudah dapat menetas atau kira-kira 50-60 jam. Setelah menetas, tunggu hingga 3 hari, atau hingga kuning telur pada benih telah habis, kemudian pindahkan kakaban yang telah digunakan. Berikut gambar tahap menetasnya telur.

Gbr 1. Telur yang dibuahi

Gbr 2. Telur dalam perkembangan embrio, setelah 12 jam.





Gbr 3. Embrio yang telah sempura, setelah 45 jam.




Gbr 4. Telur yang telah menetas, setelah 50-60 jam.


2.5.       Pemeliharaan Benih
Untuk pemberian pakan benih, pada awal menetas benih masih makan dari kuning telur yang masih menempel hingga 2 atau 3 hari kedepan, kemudian setelah kuning telur habis benih mulai dapat makan pakan alami maupun buatan. Dikarenakan bukaan mulut benih belum terlalu besar, maka disarankan untuk member emulsi telur. Dengan merebus telur ayam, yang kemudian diambil kuning telurnya saja, lalu diencerkan dengan air secukupnya, hingga 3-4 hari. Selanjutnya, diberi pakan alami berupa rotifera dan moina atau dhapnia.
Untuk mngkultur pakan alami seperti moina atau dhapnia. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut – sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan. Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun, beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jeramitepat, dalam beberapa hari kemudianakan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih – benih koi sudah bisa dimasukkan setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.
Pemeliharaan benih memakan waktu kira-kira 30 hari. Setelah itu, benih dipindah kekolam pendederan, yang sebelumnya dilakukan seleksi benih yang berkualitas.

Apabila tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimasukkan air baru agar sisa pakan hanyut.