Sunday, November 25, 2012

Kampung Lele




  • Sejarah Terbentuknya

Pada masa awal sebelum kelompok pembudidaya ikan berdiri, salah seorang petani mencoba memelihara lele ± 3.000 ekor dan hasilnya cukup menguntungkan. Petani tersebut dengan modal sendiri berupa 2 (buah) kolam yang berada di areal pekarangan rumah. Dengan melihat keberhasilan dan keuntungan dari usaha perikanan ini kemudian diikuti oleh beberapa orang yang mengubah areal persawahan menjadi kolam.
Kondisi seperti ini berjalan beberapa waktu yang kemudian di daerah Janti, Polanharjo, Klaten yang daerahnya bersebelahan dengan Tegalrejo Sawit berdiri obyek pemancingan ikan dan mengadakan kerjasama untuk pasokan ikannya. Dengan berkembangnya obyek pemancingan tersebut maka berkembang pula kawasan budidaya di Tegalrejo.
Setelah ada ± 15 petani pada Tahun 1998 kemudian dibentuk kelompok pembudidaya ikan yang diberi nama Kelompok Tani Ikan Bangkit (Bangun Kelompok Tani Tegalrejo). Setelah masyarakat sekitar mengerti dan menyadari bahwa usaha budidaya lele memberikan keuntungan, maka semakin banyak petani sekitar yang ikut usaha budidaya lele, Kemudian masyarakat desa Tegalrejo mulai mengubah pekerjaannya, yang dulunya dari  petani yang menggarap lahan sawah kemudian beralih ke petani pembudidaya ikan lele. Jadi lahan yang dulunya persawahan sekarang diubah menjadi perkolaman sebagai tempat budidaya ikan, sehingga yang dulunya hanya seorang petani yang membudidayakan lele, sampai sekarang menjadi 94 orang dengan total lahan untuk budidaya seluas ±17 Ha. Dalam perkembangannya kelompok yang dulu bernama kelompok Pembudidaya Ikan “Bangkit” Pada Tanggal 07 Desember 2002 berubah nama menjadi Kelompok Pembudidaya Ikan “Karya Mina Utama”.
          Pada Tanggal yang sama, untuk membantu usaha kelompok pembudidaya ikan tersebut para ibu/istri anggota kelompok berinisiatif membentuk Sub Kelompok “Wanita Mina Utama”. Tidak ketinggalan, para pemuda yang tertarik dalam bidang perikanan bergabung membentuk kelompok “Taruna Mina Utama”.

  • Kampung Lele dan Kelompok "Karya Mina Utama"     

         Saat ini lahan budidaya ikan lele yang terdapat di kampung lele mencapai 17 hektar, dengan terdapat 1661 kolam. Hasil panen mencapai 10 ton perharinya dengan harga jual Rp 11.800 hingga Rp 12.000 per kgnya. Keuntungan yang diraih mampu mencapai 9 miliar per tahunnya. Dengan visinya yaitu “terwujudnya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota dan keluarga”. Visi tersebut bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar guna mendapatkan keuntngan dan kesejahteraan dari kegiatan budidaya ikan lele. 
          Kelompok Karya Mina Utama sebagai kelompok Kelas Utama telah meraih berbagai prestasi dan penghargaan dalam lomba kelompok pembudidaya ikan, baik di Tingkat Kabupaten Boyolali maupun Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Di tingkat Kabupaten Boyolali Kelompok Karya Mina Utama meraih juara I dalam lomba Kelompok Pembudidaya Ikan. Pada tahun 2006 Kelompok Karya Mina Utama juga meraih Juara I dalam lomba Kelompok Pembudidaya Ikan tingkat Provinsi Jawa Tengah. Adapun klasifikasi/kelas kemampuan kelompok pembudidaya ikan Karya Mina Utama yang telah diraih adalah sebagai berikut:
a.       Kelas Pemula pada tanggal 24 Juni 1998 Jumlah Anggota : 15 Orang
b.      Kelas Lanjut pada tanggal 27 Juni 2001 Jumlah Anggota  : 40 Orang
c.       Kelas Madya pada tanggal 02 Juni 2004 Jumlah Anggota  : 94 Orang
d.      Kelas Utama pada tanggal 14 Juli 2006 Jumlah Anggota   : 94 Orang
e.       Kelas Utama pada tanggal 14 Juli 2010 Jumlah Anggota   : 94 Orang

Untuk mengetahui perkembangan kelompok pembudidaya ikan Karya Mina Utama yang dibina oleh penyuluh, maka secara periodik dilakukan penilaian kemajuan berdasarkan tingkat kemampuan kelompok dalam periode tertentu.
  • Permodalan
Pada awal usaha budidaya ini dimulai oleh seorang anggota dengan modal sendiri berupa 2 kolam yang berada di areal pekarangan rumah.
Setelah terbentuk Kelompok Tani Ikan BANGKIT (Bangun Kelompok Tani Tegalrejo) mendapatkan dana penguatan modal dan kelembagaan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui kegiatan Pengembangan Usaha Perikanan Tahun Anggaran 2002 sebesar Rp. 12.000.000,- dan telah dikembalikan lunas.
         Pada tahun 2003 kelompok Karya Mina Utama yang merupakan perubahan nama dari Kelompok BANGKIT, melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Budidaya ( PPMP-BUD ) Air Tawar di Pedesaan mendapat alokasi dana sebesar Rp. 240.000.000,-. Dengan adanya Penguatan modal dan Kelembagaan yang bersifat revolving dapat digulirkan kepada anggota kelompok  yang belum menerima.

Pembenihan Ikan Koi



I.        Pendahuluan
            Ikan hias merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang saat ini sedang popular. Ikan hias memiliki nilai-nilai keindahan yang dapat menarik minat para hobiis untuk memilikinya. Berbagai jenis ikan hias saat ini sudah dibudidayakan. Jenis ikan yang dapat dikatakan ikan hias adalah jenis ikan yang memiliki keindahan bentuk tubuh (morfologi), dominasi warna atau tingkah laku ikan ketika didalam air. Permintaan ikan hias oleh para hobiis terus meningkat setiap tahunnya.
          Koi adalah ikan hias eksotis yang didemari oleh banyak kalangan. Selain sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menuntungkan. Bisnis ikan Koi di Indonesia pada awalnya lebih banyak diramaikan oleh pelaku bisnis yang mengimpor koi dari Jepang untuk dipasarkan di dalam negri. Bisnis ikan koi dengan cara ini akan banyak menimbulkan resiko, seperti tingginya resiko kematian ikan krena stress dan harga jual ikan yang tinggi. Hal ini akan berbeda jika pelaku bisnis dan pecinta koi berusaha melakukan upaya budidaya secara langsung didalam negeri. Meskipun indukan masih didatangkan dari Jepang, akan tetapi usaha budidaya di dalam negeri akan lebih efisien dan bersifat jangka panjang.
          Pada hakikatnya kondisi alam Indonesia sangat menunjang untuk budidaya koi. Sayangnya, usaha produksi koi masih terbatas. Para pengusaha koi di dalam negeri belum memanfaatkan peluang pasar koi secara optimal. Alasannya, membudidayakan koi membutuhkan lahan dan dana yang tidak sedikit. Padahal di sisi lain, budidaya koi di Indonesia berpeluang menyaingi Jepang. Sebab, budidaya koi di Jepang juga terhambat akibat beberapa persoalan, antara lain: terbatasnya lahan, mahalnya upah tenaga kerja, dan pengaruh empat musim yang menjadi kendala terbesar dalam budidaya koi di Jepang.
          Para pembudidaya ikan koi di Indonesia mempunyai peluang yang menyaingi koi yang dihasilkan Jepang, jika mampu menghasilkan koi berkualitas tinggi, sangat diminati olah konsumen. Baik lokal maupun luar. Sedangkan untuk mampu menyaingi pesaing dari luar maka perlu dilakukan peningkatan produksi benih ikan koi ang berkualitas. Untuk itu perlu diprhatikan persyaratan teknis seperti : Wadah pemeliharaan, Pemilihan induk yang berkualitas, Pengontrolan kualitas air, teknik pemijahan yang digunakan, kualitas pakan, dan pengendalian hama penyakit. Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang baik dalakm pembenihan ikan koi.

II.        Teknik Pemijahan Ikan Koi
          Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pemijahan ikan Koi. Seperti ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan perlakuan seleksi yang ketat.

2.1.        Persiapan Kolam Pemijahan
          Kolam pemijahan harus memiliki pintu keluar masuk air. Pintu tersebut juga harus dipasang saringan, guna menyaring hama dan penyakit yang akan menyerang benih, apabila proses pemijahan telah dilakukan. Sebelumnya kolam harus dibersihkan dan dikeringkan, agar semua racun dalam kolam tersebut teroksidasi dengan sempurna.
          Luas kolam pun bervariasi, untuk kolam yang sempit dapat menggunakan kolam dengan ukuran 2 x 2 meter dengan kedalaman 0,5 meter. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, dan tidak terlalu dekat dengan kebisingan, serta jauh dari jangkauan anak-anak dan binatang.
          Bila perlu sediakan pula kolam penetasan dan kolam pemeliharaan benih, kolam penatasan dan pemeliharaan benih dapat pula dilakukan di kolam pemijahan. Kolam tersebut dapat pula berbentuk persegi panjang atau lingkaran, apabila lingkaran maka diameter kolam minimal 1,5-2 meter.
          Jika mungkin, sediakan pula kolam untuk kultur pakan alami, guna mensuplai makanan setelah kuning telur habis. Kolam tersebut berukuran minimal 5 x 3 meter dengan kedalaman 30 cm.
          Apabila anda memiliki cukup modal, sebaiknya bak dilapisi dengan vinil, yaitu bahan yang biasa digunakan sebagai intuk membuat bak fiberglass. Agar lebih terjamin kebersihannya, dan dapat menghilangkan efek dari semen.
          Karena telur ikan Koi bersifat Adesif yaitu menempel pada substrat, maka perlu dibuat substrat yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu, yang bernama kakaban. Dengan panjang kira-kira 120 cm dan lebar 40 cm. Jumlah kakaban yang disiapkan berdasarkan besarnya induk betina. Biasanya 4-6 buah untuk setiap 1 kg induk betina. 
Gbr. Pembersihan kolam dan kakaban 



         Agar kakaban dapat mengapung, kakaban dijepit dengan bilah bambu dan diikat dengan pemberat berupa batu bata, dengan ketinggian 5-10 cm di atas permukaan air. Selain kakaban, tempat penempel telur bisa juga menggunakan tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia sebagai pengganti ijuk.

2.2.       Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan hal yang paling penting dalam proses pemijahan. Karena dalam tahap ini adalah penentu jika ingin mendapatkan benih dengan kualitas yang baik. Syarat utama induk adalah, calon induk yang telah matang kelamin dan matang tubuh atau bisa disebut juga matang gonad. Matang kelamin adalah yaitu apabila induk jantan telah menghasilkan sel sperma dan induk betina sudah dapat menghasilkan telur. Sedangkan, matang tubuh ialah induk jantan maupun betina yang secara fisik telah siap menjadi induk-induk yang produktif.
Syarat lainnya ialah, tubuh sempurna, fisik prima, tidak cacat. Sirip-sirpnya lengkap juga sisiknya. Gerakannya anggun seimbang juga tidak loyo/lemas. Umur jantan minimal 2 tahun, sedangkan betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar jika dibandingkan dengan jantan. Perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.
Disarankan perbandingan betina dan jantannya 1 : 2 atau 1 : 3. Guna menghindari kegagalan dalam hal pemijahan. Apabila jantan tidak mengelurkan sperma, jadi untuk menghindari kegagalan tersebut, disarankan jantannya lebih dari satu.

2.3.       Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukan kedalam kolam pemijahan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah pada waktu dini hari. Induk betina akan berenang mengeliligi kolam dengan diikuti oleh induk jantan. Makin lama gerakan mereka makin agresif. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur uyang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika terlambatm telur bisa habis dimakan induknya.
Terdapat 2 cara untuk memisahkan induk dari telurnya. Yaitu dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan, kembali ke kolam induk, dan ke-2 adalah memindahkan telur ke kolam pemijahan. Disarankan menggunakan cara yang pertama, guna menghemat penggunaan kolam.
Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachyt green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur bisa terlepas.

2.4.       Penetasan Telur
Agar telur menetas dengan baik. Sebaiknya telur tetap terendam air dan suhu air tetap konstan. Apabila suhu terlalu dingin maka akan memakan waktu yang lama untuk telur menetas. Sedangkan, apabila suhu terlau panas maka telur akan mati dan membusuk.
Dalam waktu 2 – 3 hari, telur sudah dapat menetas atau kira-kira 50-60 jam. Setelah menetas, tunggu hingga 3 hari, atau hingga kuning telur pada benih telah habis, kemudian pindahkan kakaban yang telah digunakan. Berikut gambar tahap menetasnya telur.

Gbr 1. Telur yang dibuahi

Gbr 2. Telur dalam perkembangan embrio, setelah 12 jam.





Gbr 3. Embrio yang telah sempura, setelah 45 jam.




Gbr 4. Telur yang telah menetas, setelah 50-60 jam.


2.5.       Pemeliharaan Benih
Untuk pemberian pakan benih, pada awal menetas benih masih makan dari kuning telur yang masih menempel hingga 2 atau 3 hari kedepan, kemudian setelah kuning telur habis benih mulai dapat makan pakan alami maupun buatan. Dikarenakan bukaan mulut benih belum terlalu besar, maka disarankan untuk member emulsi telur. Dengan merebus telur ayam, yang kemudian diambil kuning telurnya saja, lalu diencerkan dengan air secukupnya, hingga 3-4 hari. Selanjutnya, diberi pakan alami berupa rotifera dan moina atau dhapnia.
Untuk mngkultur pakan alami seperti moina atau dhapnia. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut – sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan. Dalam beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecoklatan. Namun, beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jeramitepat, dalam beberapa hari kemudianakan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih – benih koi sudah bisa dimasukkan setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.
Pemeliharaan benih memakan waktu kira-kira 30 hari. Setelah itu, benih dipindah kekolam pendederan, yang sebelumnya dilakukan seleksi benih yang berkualitas.

Apabila tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimasukkan air baru agar sisa pakan hanyut.